Jatimevent.com - Otoritas Bandara Juanda Surabaya sekarang ini memutuskan membelokkan rute penerbangan untuk keselamatan pesawat menyusul kesibukan Gunung Raung. Pesawat-pesawat itu terbang bukanlah di jalur reguler.
Pengalihan jalur ini untuk melindungi kemungkinan terburuk. Umpamanya kaca pesawat yang dapat tertutup material vulkanik atau punya masalah pada mesin disebabkan abu vulaknik.
"Mulai sejak sekian hari ini, penerbangan dari Bali ke Surabaya kami belokkan dari jalur yang seharunya," kata Ibnu Hardianto, petugas di menara Radar di Bandara Juanda Surabaya, Selasa (30/6/2015).
Sampai kini, rute pesawat Surabaya-Bali serta demikian sebaliknya melalui ATS road. Tetapi lantaran kesibukan Gunung Raung bertambah, diarahkan melalui Entas.
Bila pada awal mulanya melalui langit Banyuwangi, disebabkan kesibukan gunung Raung bertambah, pesawat diarahkan melewati langit Asembagus.
Ketinggian pesawat juga mesti ditambah. Pesawat yang terbang dibawah 20.000 kaki mesti dilaihkan. Sesaat yang diatas 20.000 kaki relatif aman tanpa ada diarahkan.
Sekarang ini, petugas selalu disibukkan memonitor tiap-tiap gerakan pesawat. Beberapa petugas di ruangan approach control radar mencermati tiap-tiap rute pesawat.
Sampai kini, rute pesawat Surabaya-Bali serta demikian sebaliknya melalui ATS road. Tetapi lantaran kesibukan Gunung Raung bertambah, diarahkan melalui Entas.
Bila pada awal mulanya melalui langit Banyuwangi, disebabkan kesibukan gunung Raung bertambah, pesawat diarahkan melewati langit Asembagus.
Ketinggian pesawat juga mesti ditambah. Pesawat yang terbang dibawah 20.000 kaki mesti dilaihkan. Sesaat yang diatas 20.000 kaki relatif aman tanpa ada diarahkan.
Sekarang ini, petugas selalu disibukkan memonitor tiap-tiap gerakan pesawat. Beberapa petugas di ruangan approach control radar mencermati tiap-tiap rute pesawat.
Ditempat inilah, seluruh pesawat yang tidak terjangkau mata dapat terdeteksi radar. Bila sampai kini rute yang perlu dilewati pesawat di kemiringan radial 120 derajat, saat ini pesawat mesti terbang dengan kemiringan radial 100 derajat dari Bandara Juanda Surabaya.
"Tetapi pengalihan jalur pesawat ini cuma berlaku untuk jalur Bali-Surabaya," kata Ibnu.
Pembelokan arah pesawat itu sekitar 115 km ke kanan dari arah Juanda. Inilah jalur entas. Memanglah agak sedikit lebih jauh jaraknya.
Tetapi langkah ini untuk menanggung keselamatan penerbangan. Seluruhnya untuk hindari abu vulkanik Raung.
" Sebenarya ketidaksamaan jarak tempuhnya tidak terlalu siginifikan. Paling cuma terpaut tak hingga 5 menit dari penerbangan normal, " lebih Ibnu.
Sehari-hari ada 8 pesawat yang melintas diatas Raung. Berarti ada 16 flight atau penerbangan Surabaya-Denpasar PP.
Sepanjang ada info dari PVMBG menyangkut abu vulkanik, jalur pesawat segera diarahkan.
Disamping itu, GM Angkasa Pura I Jaunda Yanus Suprayogi sudah siap menghadapi bila ada delay pesawat ke Denpasar. " Seluruhnya telah kita siagakan bila ada delay pesawatr disebabkan kesibukan gunung Raung, " kata Yanus.
Pengalihan jalur ini untuk melindungi kemungkinan terburuk. Umpamanya kaca pesawat yang dapat tertutup material vulkanik atau punya masalah pada mesin disebabkan abu vulaknik.
"Mulai sejak sekian hari ini, penerbangan dari Bali ke Surabaya kami belokkan dari jalur yang seharunya," kata Ibnu Hardianto, petugas di menara Radar di Bandara Juanda Surabaya, Selasa (30/6/2015).
Sampai kini, rute pesawat Surabaya-Bali serta demikian sebaliknya melalui ATS road. Tetapi lantaran kesibukan Gunung Raung bertambah, diarahkan melalui Entas.
Bila pada awal mulanya melalui langit Banyuwangi, disebabkan kesibukan gunung Raung bertambah, pesawat diarahkan melewati langit Asembagus.
Ketinggian pesawat juga mesti ditambah. Pesawat yang terbang dibawah 20.000 kaki mesti dilaihkan. Sesaat yang diatas 20.000 kaki relatif aman tanpa ada diarahkan.
Sekarang ini, petugas selalu disibukkan memonitor tiap-tiap gerakan pesawat. Beberapa petugas di ruangan approach control radar mencermati tiap-tiap rute pesawat.
Sampai kini, rute pesawat Surabaya-Bali serta demikian sebaliknya melalui ATS road. Tetapi lantaran kesibukan Gunung Raung bertambah, diarahkan melalui Entas.
Bila pada awal mulanya melalui langit Banyuwangi, disebabkan kesibukan gunung Raung bertambah, pesawat diarahkan melewati langit Asembagus.
Ketinggian pesawat juga mesti ditambah. Pesawat yang terbang dibawah 20.000 kaki mesti dilaihkan. Sesaat yang diatas 20.000 kaki relatif aman tanpa ada diarahkan.
Sekarang ini, petugas selalu disibukkan memonitor tiap-tiap gerakan pesawat. Beberapa petugas di ruangan approach control radar mencermati tiap-tiap rute pesawat.
Ditempat inilah, seluruh pesawat yang tidak terjangkau mata dapat terdeteksi radar. Bila sampai kini rute yang perlu dilewati pesawat di kemiringan radial 120 derajat, saat ini pesawat mesti terbang dengan kemiringan radial 100 derajat dari Bandara Juanda Surabaya.
"Tetapi pengalihan jalur pesawat ini cuma berlaku untuk jalur Bali-Surabaya," kata Ibnu.
Pembelokan arah pesawat itu sekitar 115 km ke kanan dari arah Juanda. Inilah jalur entas. Memanglah agak sedikit lebih jauh jaraknya.
Tetapi langkah ini untuk menanggung keselamatan penerbangan. Seluruhnya untuk hindari abu vulkanik Raung.
" Sebenarya ketidaksamaan jarak tempuhnya tidak terlalu siginifikan. Paling cuma terpaut tak hingga 5 menit dari penerbangan normal, " lebih Ibnu.
Sehari-hari ada 8 pesawat yang melintas diatas Raung. Berarti ada 16 flight atau penerbangan Surabaya-Denpasar PP.
Sepanjang ada info dari PVMBG menyangkut abu vulkanik, jalur pesawat segera diarahkan.
Disamping itu, GM Angkasa Pura I Jaunda Yanus Suprayogi sudah siap menghadapi bila ada delay pesawat ke Denpasar. " Seluruhnya telah kita siagakan bila ada delay pesawatr disebabkan kesibukan gunung Raung, " kata Yanus.
Post A Comment:
0 comments: