“Sekarang mereka bukanlah lagi memakai alat tradisional, tetapi telah memakai alat mutakhir, yang dapat menyedot pasir dari jauh dalam dan jumlah besar,” kata Syaiful, warga Pulau Gili Raja, Rabu (1/5/2015). Syaiful mengungkap, sehari-harinya, ada sekitar 30 sampai 40 perahu yang lakukan penambangangan di dua pulau tidak berpenghuni itu. Tetapi demikian, belum satupun penambang di tangkap petugas hingga makin hari keadaan pulau itu posisinya makin jauh dibawah air.
Pulau Keramat serta dataran Pulau Pasir Putih lebih rendah dari permukaan air laut, hingga ini meneror kehadiran ke-2 pulau serta tak tutup kemungkinan, ke-2 pulau ini kelak hilang. Syaiful menuturkan, dengan memakai alat penyedot pasir moderen ini, dalam tiap-tiap jam dapat membuahkan satu truk pasir basah. Sesaat perahu yang jadikan pengangkut pasir basah ke daratan, dapat mengangkut seputar 4 truk pasir basah.
Pemakaian alat moderen itu, tak membutuhkan beberapa orang. Penambang cukup membawa tiga orang untuk turunkan alat sedotan ke permukaan pantai. Sedang mesin berkapasitas besar cukup dihidupkan dari atas perahu tanpa perlu mesti di turunkan ke pantai.
Penambang tinggal menanti diatas perahu sembari berjaga-jaga bila ada warga ataupun petugas yang datang ke tempat itu. Sesaat pasir putih segera ke perahu, sesudah airnya dibuang keluar. Rini Purwati, salah seseorang aktivis lingkungan menyayangkan aksi oknum yg tidak bertanggungjawab. Karena disebabkan tingkah mereka, dua pulau di Gili Raja bakal musnah. Di samping itu, tindakan penambangan oleh warga luar pulau, sudah mengakibatkan kerusakan lingkungan serta ekosistem laut.
"Praktisnya, walau letak dua pulau itu terpencil, pemerintah mesti ikut serta melindungi eksotistem dua pulau itu. Lantaran bagaimanapun itu salah satu aset daerah," sesalnya. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep Moh. Syahrial menyampaikan, penambangan pasir itu ilegal. Walau demikian, dianya mengakui tak dapat banyak berbuat karena untuk lakukan peninjauan memerlukan tenaga yang banyak. "Kita cuma sosialisasi saja lantaran tenaga yang dipunyai sangatlah terbatas. Tetapi kami terus lakukan monitoring setiap waktu," pungkas bekas Asisten Setkab Sumenep itu.
Post A Comment:
0 comments: