Kota yang terletak di pantai Utara Jawa ini selalu menyimpan pesona akan sejarahnya tentang tekstil. Ya, Pekalongan adalah kota yang dimaksud. Meski tak sepopuler Jogja dan Solo yang seolah menjadi trademark darimana batik berasal, ternyata Pekalongan juga punya sejarah tersendiri soal kain batik khasnya. Simak ulasannya berikut ini.


Berawal dari Pengusaha Belanda

Kekayaan motif batik khas Pekalongan dimulai dari tangan seorang pengusaha wanita asal Belanda, Eliza van Zuylen sekitar tahun 1923 hingga 1946. Pada saat itu, masyarakat hanya membuat kain batik atas motif ekonomi dan kebudayaan, dimana mereka hanya menularkan budaya dari satu orang ke orang lainnya. Berkat kerja keras Van Zuylen yang memasarkan batik kepada konsumen di Eropa pada tahun-tahun penjajajahan Belanda, batik Pekalongan mendadak jadi barang yang populer. Van Zuylen memang tidak main-main dalam mempertahankan kualitas batiknya. Ia menggunakan kain terbaik dengan motif yang terbaik pula. Pada saat itu, motif batik Pekalongan umumnya adalah gambar tumbuh-tumbuhan dan motif Jlamprang (akan diulas lebih lanjut). Warna-warna yang dipilih adalah warna-warna cerah, sehingga menjadikannya simbol batik Pekalongan sampai saat ini.

Jlamprang, Motif Batik Asli Pekalongan


Selain memiliki warna-warna yang lebih cerah dan menarik daripada batik lainnya, batik asli Pekalongan ternyata punya motif kuno yang umum dipakai sejak zaman dahulu. Adalah motif Jlamprang, yaitu motif batik geometris yang sering dilukiskan pada kain batik Pekalongan. Beberapa rumor menyebutkan bahwa motif Jlamprang pertama kali dilukis oleh pembatik Arab. Kono, pembatik Arab yang memeluk agama Islam ini tidak ingin membuat batik dengan motif benda-benda hidup dan lebih memilih benda mati. Mereka kemudian lebih memilih menggunakan motif geometris yang ditampakkan pada motif Jalamprang ini.

Beberapa sejarahwan memberikan pendapat yang berbeda. Motif batik Jlamprang diduga bukan berasal dari pembatik Arab, tetapi dari pengaruh kebudayaan Hindu yang sebelumnya telah melekat di masyarakat sejak lama. Batik Jlamprang pada zaman dahulu diduga sebagai benda upacara sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa.

Kota dengan Gelar dari UNESCO


UNESCO nampaknya mengerti mengapa Pekalongan perlu diapresiasi. Pada akhir 2014, dengan makanan tradisional Nasi Megono ini dianugerahi sebagai jaringan kota kreatif pada kategori Craft and Folk Art. Julukan ini dibarengi dengan branding kota Pekalongan sebagai “World’s City of Batik”.

Kini, kain batik pekalongan ini dilukis dengan desain yang lebih modern tanpa meninggalkan pakem-pakem batik aslinya. Beberapa motif kuno mengandung makna dalam, sedangkan banyak pula motif-motif yang merupakan pengkayaan dari motif sebelumnya. Berikut beberapa motif kain batik Pekalongan.

Memilih Kain Batik Pekalongan Berkualitas Baik


Lalu, bagaimana cara memilih kain batik Pekalongan dengan kualitas baik? Di era digital saat ini, membeli kain batik tak perlu harus pergi ke kota asalnya. Kini Anda dapat memilih dan membeli kain batik langsung hanya dari satu sentuhan di ponsel atau layar komputer Anda.

Memilih toko online terpercaya juga bukan perkara mudah, karena banyak pula seller dan toko online abal-abal yang berkeliaran. Anda dapat memesan kain batik secara online dari toko online terpercaya seperti kami. Dengan berbagai pilihan motif dan warna, Anda dapat memilih kain batik Pekalongan berkualitas baik dengan harga murah. Jika ada pertanyaan mengenai produk, Anda dapat menghubungi customer service yang ada di halaman depan website ini.   

Axact

Jatim Event

Jatimevent.com adalah Sebuah Media Social dan Event yang bertujuan untuk Berbagi. Kami berkomitmen untuk memberikan konten yang terbaik dari seluruh jejaring sosial dan blog, khususnya seputar wilayah Jawa Timur kemudian mengirimkannya ke pengguna kami. Semua konten kami berasal dari masyarakat, media sosial dan blogger yang telah diposting atau diserahkan kepada Jatimevent.com

Post A Comment:

0 comments: