Jatimevent.com - Usaha keras untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sangatlah berat dirasa pekerja kuli panggul di pelabuhan rakyat (Pelra) Pelabuhan Gresik. Dalam bulan suci Ramadan ini mereka pilih tak berpuasa cuma untuk memenuhi hidup keluarganya.
Usaha dengan kemampuan serta tenaga dikeluarkan untuk memanggul karungan sak serta bahan pokok yang lain untuk dinaikan ke kapal serta demikian sebaliknya di turunkan dari kapal ke truk.
Embusan angin laut yang kencang dengan panas matahari membakar kulit yang tertutup kaos kumuh untuk menutupi kepala. Lapar serta dahaga tak dapat ditahan.
"Bila lapar masih kuat ditahan. Hausnya yang tidak dapat ditahan. Yang penting lebaran ada duit untuk beli pakaian anak serta isteri," kata Arifin (25), warga Pasuruan, dengan dua anak, Minggu (21/6/2015).
Belum lagi resiko yang perlu dihadapi yakni jalan diatas balok kayu selama 20 meter dengan ketipisan 20 centimeter serta lebar 25 centimeter. "Bahaya, namun tak ada pilihan lain. Pekerjaan seperti ini sudah saya lakoni mulai sejak muda hingga saat ini mempunyai anak dua," paparnya.
Arifin yang tinggal di Kauman, dekat Masjid Jami Alun-alun Gresik, mengakui usaha keras serta tidak sering pulang rumah cuma untuk memperoleh duit Rp 30.000 hingga Rp 100.000 sehari-harinya.
Hal yang sama saja disibakkan Suswanto (45), warga Probolinggo, bahwa bila barang yang di turunkan ramai dapat turunkan barang dari truk ke kapal agak banyak. Untuk bekerja jadi pekerja panggul tak mesti melamar namun siapa yang dapat dapat berhimpun.
"Yang tenaganya kuat silahkan bekerja seandainya tak malas-malasan," tuturnya. Akan tetapi mereka mengharapkan memperoleh perhatian berkenaan jaminan kesehatan untuk beberapa tenaga kerja pelabuhan.
Usaha dengan kemampuan serta tenaga dikeluarkan untuk memanggul karungan sak serta bahan pokok yang lain untuk dinaikan ke kapal serta demikian sebaliknya di turunkan dari kapal ke truk.
Embusan angin laut yang kencang dengan panas matahari membakar kulit yang tertutup kaos kumuh untuk menutupi kepala. Lapar serta dahaga tak dapat ditahan.
"Bila lapar masih kuat ditahan. Hausnya yang tidak dapat ditahan. Yang penting lebaran ada duit untuk beli pakaian anak serta isteri," kata Arifin (25), warga Pasuruan, dengan dua anak, Minggu (21/6/2015).
Belum lagi resiko yang perlu dihadapi yakni jalan diatas balok kayu selama 20 meter dengan ketipisan 20 centimeter serta lebar 25 centimeter. "Bahaya, namun tak ada pilihan lain. Pekerjaan seperti ini sudah saya lakoni mulai sejak muda hingga saat ini mempunyai anak dua," paparnya.
Arifin yang tinggal di Kauman, dekat Masjid Jami Alun-alun Gresik, mengakui usaha keras serta tidak sering pulang rumah cuma untuk memperoleh duit Rp 30.000 hingga Rp 100.000 sehari-harinya.
Hal yang sama saja disibakkan Suswanto (45), warga Probolinggo, bahwa bila barang yang di turunkan ramai dapat turunkan barang dari truk ke kapal agak banyak. Untuk bekerja jadi pekerja panggul tak mesti melamar namun siapa yang dapat dapat berhimpun.
"Yang tenaganya kuat silahkan bekerja seandainya tak malas-malasan," tuturnya. Akan tetapi mereka mengharapkan memperoleh perhatian berkenaan jaminan kesehatan untuk beberapa tenaga kerja pelabuhan.
Post A Comment:
0 comments: