Gerindra Minta PDIP Surabaya Jangan Sombong Soal Pilwali
Jatimevent.com - Kenangan Piwali 2010 lalu jadi penyemangat parpol diluar PDI Perjuangan. Waktu itu, pasangan Tri Rismaharini - Bambang DH (RIDHO) yang diusung oleh PDIP, menang sangatlah tipis. Risma saat itu menang selisih 3% atas Arif Afandi-Adies Kadir (CACAK).

Pasangan itu diusung oleh Partai Golkar serta Demokrat. Kemenangan saat itu yaitu hebatnya strategi calon. Begitupun merangseknya lawan Risma juga lantaran strategi. Saat itu Bambang DH yaitu ikon Surabaya serta Risma yaitu Kepala Dinas Pertamanan pembuat aneka taman.

Tetapi dalam perubahannya sekarang ini, Risma seolah tidak dapat ditaklukkan. Dengan popularitas serta elektabilitasnya yang tinggi, parpol masih tetap yakini bahwa Risma bukanlah tidak dapat ditaklukkan.

"Bila semuanya mesin politik serta strategi jalan maksimal, tidak ada yang tidak mungkin saja," kata AH Thony, politisi Gerindra Surabaya, 28 Juni 2015.

AH Thony dahulu juga politisi PDI Perjuangan yang tersingkir, lalu jadi calon wakil wali kota Surabaya berpasangan dengan Erlangga Satriagung pada 2005.

Sesaat, Ketua Gerindra Jawa Timur, Soepriyatno, menyoroto wacana Pilwali Aklamasi yang digelindingkan Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Whisnu Saksi Buana yang juga cawawali pendamping Risma.

"Janganlah arogan dululah," kata Soepriyatno. "Kami berikan PDIP janganlah menyombongkan diri dahulu. Janganlah berasumsi partai lain tidak mempunyai calon."

Pengamat politik dari Kampus Airlangga Surabaya, Haryadi, memiliki pendapat, diskursus Pilwali dapat diikuti satu gunakan calon itu menarik. "Wacana ini layak dikaji," kata Haryadi.

Butuh dipertimbangakan umpamanya untuk menghemat biaya. Tidak butuh pengambilan suara serta cukup aklamasi. Langkah tersebut dapat juga untuk hindari calon boneka yaitu kandidat yang direkayasa. Calon ini maju cuma untuk mengugurkan keharusan UU.

Menurut Haryadi, Pilwali aklamasi yaitu ide alternatif untuk menghadapi bila betul-betul cuma ada satu pasangan calon di Surabaya.

Ide ini pantas diapresiasi bila maksudnya baik untuk menghemat biaya rakyat. "Tidak butuh dipaksakan bila memanglah cuma nampak satu pasangan calon agar tidak nampak calon boneka atau lawan pura-pura. Terang bakal memerlukan banyak biaya," kata Haryadi.

Ini jadi fenomena yang pantas di perhatikan bukan sekedar Surabaya, namun nasional. Biarlah wacana ini berkembang dengan cara nasional. Apabila benar bila cuma nampak satu calon, Pilwali Aklamasi yaitu ide masuk akal apabila ditujukan untuk mengakomodasi beberapa daerah yang tidak ada kompetitornya.

"Pasti tak bisa dipaksakan untuk diaplikasikan di Pilwali Surabaya. Pekerjaan Whisnu saat ini tambah baik mendorong ide itu jadi pergantian undang-undang. Langkahnya disalurkan ke pembuat undang-undang. Dia juga mesti dapat memberikan keyakinan ke partainya atas diskursus ini. Whisnu mesti minta tolong ke DPR PDIP dahulu. Bukanlah ke partai lain," kata Haryadi.
Axact

Jatim Event

Jatimevent.com adalah Sebuah Media Social dan Event yang bertujuan untuk Berbagi. Kami berkomitmen untuk memberikan konten yang terbaik dari seluruh jejaring sosial dan blog, khususnya seputar wilayah Jawa Timur kemudian mengirimkannya ke pengguna kami. Semua konten kami berasal dari masyarakat, media sosial dan blogger yang telah diposting atau diserahkan kepada Jatimevent.com

Post A Comment:

0 comments: