Jatimevent.com - Walau senasib dengan 11 perguruan tinggi swasta (PTS) lain, Kampus Tehnologi Surabaya salah satu yang takut mengadakan wisuda serta penerimaan mahasiswa baru.
Vonis juga sebagai PTS nonaktif dari Kementerian Penelitian, Tehnologi, serta Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bikin susunan panitia wisuda ataupun penerimaan mahasiswa baru yang terpampang di papan pengumuman UTS cuma jadi pajangan.
Sampai pertengahan Juni ini, dua aktivitas utama di universitas berlokasi di Jl Balongsari Praja V Surabaya itu belum jalan.
“Penerimaan mahasiswa baru kami batalkan. Otomatis kepanitiaan juga kami bubarkan,” papar Benyamin Tungga (50), Rektor UTS, Selasa (16/6/2015).
Seperti di ketahui, Kemenristekdikti memvonis UTS serta 11 PTS di Jawa timur yang lain juga sebagai PTS nonaktif lantaran beragam hal.
Untuk UTS, kata Benyamin, vonis diberikan lantaran ada beberapa dosen yang merangkap juga sebagai guru sekolah menengah.
Mulai sejak pemerintah keluarkan kebijakan sertifikasi guru serta dosen, rangkap pekerjaan itu dilarang. "Namun dosen-dosen kami yang seperti itu (rangkap jabatan) siapa. Kami belum tahu, lantaran data belum di buka oleh pihak Dikti,” papar rektor yang baru satu tahun menjabat itu.
Akademisi kelahiran Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu merencanakan meminta penjelasan pada pihak Kemenristekdikti serta Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Lokasi VII Jawa timur.
“Kami mau Kopertis memfasilitasi serta tunjukkan data dosen di UTS yang dikira rangkap profesi. Kami juga mau tahu apa lagi kekurangan kami,” katanya.
Terkecuali hentikan penerimaan mahasiswa baru, UTS juga menangguhkan gagasan wisuda, yang harusnya bakal di gelar pertengahan tahun ini. “Jadwal wisuda untuk mahasiswa yang sudah selesai ujian skripsi juga kami tangguhkan,” tuturnya.
Sikap UTS merespons status nonaktif itu termasuk juga terekstrim di banding PTS yang lain. Pasalnya, pihak Kopertis VII menyebutkan bahwa 11 universitas punya masalah itu masih tetap di beri peluang untuk melengkapi kekurangan sampai bulan Desember.
Kemudian, bila kriteria untuk mengadakan pendidikan terus belum tercukupi, pemerintah baru bakal mencabut izin operasional mereka.
Itu penyebab, beberapa PTS di zona merah ini terus beroperasi normal, termasuk masih tetap terima mahasiswa baru serta mengadakan wisuda.
“Kami cemas, ijazah dikira tak sah. Apa gunanya wisuda, bila ijazahnya tak sah,” kata pria yang umum di panggil Beni. Untuk mengadakan wisuda, Beni pilih menanti Kemenristekdikti mencabut status nonaktif.
”Sebenarnya kasihan juga mahasiswa kami, namun, bagaimanakah lagi. Yang pasti, kesibukan perkuliahan di universitas kami tetap masih jalan,” urai Beni.
Di Surabaya, penonaktifan UTS belum popular. Maklum, kehadiran kampus ini belum sebesar UK Petra, Kampus Surabaya (Ubaya), Kampus 17 Agustus (Untag), dan sebagainya.
Universitas UTS masih menyewa. Pada awal mulanya, UTS ada di gedung sewaan di Jl Raya Ngagel, Surabaya. Awal 2014, mereka memboyong sekitar 500 mahasiswa ke universitas baru di Jl Balongsari Praja, Surabaya.
Universitas UTS ada di gedung berlantai tiga. Namun, di gedung itu, kampus ini tak sendirian. Dari spanduk yang terpasang di semasing lantai tampak terang ada instansi pendidikan lain yang beroperasi disana.
Terkecuali Institut Tehnologi Pembangunan Surabaya (ITPS), ada juga Sekolah Tinggi Keguruan serta Pengetahuan Pendidikan (STKIP) Tri Bhuwana serta SMK Kesehatan Terpadu Surabaya.
”Tetapi saat ini yang masih aktif di gedung ini hanya kami (UTS) serta SMK Kesehatan Terpadu. Pagi digunakan SMK, sore kami yang gunakan. Sedang STKIP Tri Bhuwana kan telah dinyatakan tutup. Sedang ITPS, beritanya dipindahkan ke Malang,” pungkas Beni.
STKIP Tri Bhuwana lebih dahulu ditutup pemerintah berbarengan 10 PTS yang lain di Jawa timur. Beberapa PTS ini dicabut izin operasionalnya lantaran dikira tak penuhi prasyarat mengadakan pendidikan tingkat tinggi.
Vonis juga sebagai PTS nonaktif dari Kementerian Penelitian, Tehnologi, serta Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bikin susunan panitia wisuda ataupun penerimaan mahasiswa baru yang terpampang di papan pengumuman UTS cuma jadi pajangan.
Sampai pertengahan Juni ini, dua aktivitas utama di universitas berlokasi di Jl Balongsari Praja V Surabaya itu belum jalan.
“Penerimaan mahasiswa baru kami batalkan. Otomatis kepanitiaan juga kami bubarkan,” papar Benyamin Tungga (50), Rektor UTS, Selasa (16/6/2015).
Seperti di ketahui, Kemenristekdikti memvonis UTS serta 11 PTS di Jawa timur yang lain juga sebagai PTS nonaktif lantaran beragam hal.
Untuk UTS, kata Benyamin, vonis diberikan lantaran ada beberapa dosen yang merangkap juga sebagai guru sekolah menengah.
Mulai sejak pemerintah keluarkan kebijakan sertifikasi guru serta dosen, rangkap pekerjaan itu dilarang. "Namun dosen-dosen kami yang seperti itu (rangkap jabatan) siapa. Kami belum tahu, lantaran data belum di buka oleh pihak Dikti,” papar rektor yang baru satu tahun menjabat itu.
Akademisi kelahiran Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu merencanakan meminta penjelasan pada pihak Kemenristekdikti serta Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Lokasi VII Jawa timur.
“Kami mau Kopertis memfasilitasi serta tunjukkan data dosen di UTS yang dikira rangkap profesi. Kami juga mau tahu apa lagi kekurangan kami,” katanya.
Terkecuali hentikan penerimaan mahasiswa baru, UTS juga menangguhkan gagasan wisuda, yang harusnya bakal di gelar pertengahan tahun ini. “Jadwal wisuda untuk mahasiswa yang sudah selesai ujian skripsi juga kami tangguhkan,” tuturnya.
Sikap UTS merespons status nonaktif itu termasuk juga terekstrim di banding PTS yang lain. Pasalnya, pihak Kopertis VII menyebutkan bahwa 11 universitas punya masalah itu masih tetap di beri peluang untuk melengkapi kekurangan sampai bulan Desember.
Kemudian, bila kriteria untuk mengadakan pendidikan terus belum tercukupi, pemerintah baru bakal mencabut izin operasional mereka.
Itu penyebab, beberapa PTS di zona merah ini terus beroperasi normal, termasuk masih tetap terima mahasiswa baru serta mengadakan wisuda.
“Kami cemas, ijazah dikira tak sah. Apa gunanya wisuda, bila ijazahnya tak sah,” kata pria yang umum di panggil Beni. Untuk mengadakan wisuda, Beni pilih menanti Kemenristekdikti mencabut status nonaktif.
”Sebenarnya kasihan juga mahasiswa kami, namun, bagaimanakah lagi. Yang pasti, kesibukan perkuliahan di universitas kami tetap masih jalan,” urai Beni.
Di Surabaya, penonaktifan UTS belum popular. Maklum, kehadiran kampus ini belum sebesar UK Petra, Kampus Surabaya (Ubaya), Kampus 17 Agustus (Untag), dan sebagainya.
Universitas UTS masih menyewa. Pada awal mulanya, UTS ada di gedung sewaan di Jl Raya Ngagel, Surabaya. Awal 2014, mereka memboyong sekitar 500 mahasiswa ke universitas baru di Jl Balongsari Praja, Surabaya.
Universitas UTS ada di gedung berlantai tiga. Namun, di gedung itu, kampus ini tak sendirian. Dari spanduk yang terpasang di semasing lantai tampak terang ada instansi pendidikan lain yang beroperasi disana.
Terkecuali Institut Tehnologi Pembangunan Surabaya (ITPS), ada juga Sekolah Tinggi Keguruan serta Pengetahuan Pendidikan (STKIP) Tri Bhuwana serta SMK Kesehatan Terpadu Surabaya.
”Tetapi saat ini yang masih aktif di gedung ini hanya kami (UTS) serta SMK Kesehatan Terpadu. Pagi digunakan SMK, sore kami yang gunakan. Sedang STKIP Tri Bhuwana kan telah dinyatakan tutup. Sedang ITPS, beritanya dipindahkan ke Malang,” pungkas Beni.
STKIP Tri Bhuwana lebih dahulu ditutup pemerintah berbarengan 10 PTS yang lain di Jawa timur. Beberapa PTS ini dicabut izin operasionalnya lantaran dikira tak penuhi prasyarat mengadakan pendidikan tingkat tinggi.
Post A Comment:
0 comments: