Berawal dari mimpi bersama tiga pria bersorban, Anita Anggraeni, petani cantik asal Dusun Pabrikan Desa Jambesari RT 6 Rw 2, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang temukan batu akik.
Beratnya batu akik itu sekitar 10 kg. Batu itu lalu diberi nama sapta warna. Batu akik itu ditemukan di dapur tempat tinggalnya waktu ia tengah ganti ubin.
"Awalannya saat saya mimpi bersama tiga pria bersorban," tutur Anita, Rabu (13/5/2015).
Waktu kuli bangunan menggali lantai tanah dapur, ia mendapatkan bongkahan batu yang beberapa keluar. Peristiwanya pada 7 Mei 2015 lalu.
Ia tak mengira batu itu akik lantaran saat ditemukan telah berlumut. Saat beberapa kuli akan mengangkatnya, mereka tak bisa. "Nyatanya waktu saya angkat kok bisa," kata wanita berumur 28 tahun ini.
Ia sendiri tidak tahu banyak masalah batu akik. Wanita yang bertani di tempat belakang tempat tinggalnya itu lalu ajukan pertanyaan pada rekannya, Aby Derrin, perajin batu dari Malang.
Batu itu ia perlihatkan ke Aby. Oleh rekannya itu ia jadi dianjurkan tak memotong bongkahan batu, karena batu itu indah. "Saya tidak akan jual serta tak memotongnya," katanya.
Argumennya, dalam batu itu mempunyai banyak warna. "Sekurang-kurangnya ada tujuh warna," ungkap Aby.
Maka dari itu oleh Anita dinamakan Sapta Warna Nusantara. Batu itu mempunyai warna putih, ungu, biru, kuning, merah, hijau, serta abu-abu.
Warnanya menyebar membuat motif sama belang kulit ular.
Pernyataan Aby, ia belum pernah menjumpai ada batu akik mempunyai tujuh warna. Yang di ketahui, pernah didapati ada batu akik panca warna. Terkecuali tujuh warna, bongkahan batu itu menurut Aby adalah paduan tiga jenis batu, yakni Jesper, Kalsedoni serta Indugris.
Tiga jenis batuan itu menurut dia umumnya ditemukan di lereng pegunungan. Terbentuk beberapa ribu tahun dari lelehan magma letusan gunung. Bukanlah fosil binatang.
Beratnya batu akik itu sekitar 10 kg. Batu itu lalu diberi nama sapta warna. Batu akik itu ditemukan di dapur tempat tinggalnya waktu ia tengah ganti ubin.
"Awalannya saat saya mimpi bersama tiga pria bersorban," tutur Anita, Rabu (13/5/2015).
Waktu kuli bangunan menggali lantai tanah dapur, ia mendapatkan bongkahan batu yang beberapa keluar. Peristiwanya pada 7 Mei 2015 lalu.
Ia tak mengira batu itu akik lantaran saat ditemukan telah berlumut. Saat beberapa kuli akan mengangkatnya, mereka tak bisa. "Nyatanya waktu saya angkat kok bisa," kata wanita berumur 28 tahun ini.
Ia sendiri tidak tahu banyak masalah batu akik. Wanita yang bertani di tempat belakang tempat tinggalnya itu lalu ajukan pertanyaan pada rekannya, Aby Derrin, perajin batu dari Malang.
Batu itu ia perlihatkan ke Aby. Oleh rekannya itu ia jadi dianjurkan tak memotong bongkahan batu, karena batu itu indah. "Saya tidak akan jual serta tak memotongnya," katanya.
Argumennya, dalam batu itu mempunyai banyak warna. "Sekurang-kurangnya ada tujuh warna," ungkap Aby.
Maka dari itu oleh Anita dinamakan Sapta Warna Nusantara. Batu itu mempunyai warna putih, ungu, biru, kuning, merah, hijau, serta abu-abu.
Warnanya menyebar membuat motif sama belang kulit ular.
Pernyataan Aby, ia belum pernah menjumpai ada batu akik mempunyai tujuh warna. Yang di ketahui, pernah didapati ada batu akik panca warna. Terkecuali tujuh warna, bongkahan batu itu menurut Aby adalah paduan tiga jenis batu, yakni Jesper, Kalsedoni serta Indugris.
Tiga jenis batuan itu menurut dia umumnya ditemukan di lereng pegunungan. Terbentuk beberapa ribu tahun dari lelehan magma letusan gunung. Bukanlah fosil binatang.
Post A Comment:
0 comments: