Sepanjang dua hari ini beberapa puluh anggota komunitas Poligami Sakinah Group (PSG) mengadakan kongres di Mojokerto. Sekurang-kurangnya mereka sudah membuat susunan pengurus serta visi-misi organisasi. Beberapa pelaku poligami ini mulai getol menuntut pemerintah supaya mempermudah izin berpoligami.
Penggagas PSG Diki Candra menyampaikan, hasil kongres tempo hari melahirkan 23 pengurus organisasi. Kiai Jafar Shodiq dipilih juga sebagai ketum PSG. Sedang dianya menempati posisi bendahara. Walau belum mempunyai tubuh hukum, menurut dia PSG juga sebagai wadah gerakan beberapa ratus anggotanya yang menyebar di 27 daerah di Indonesia.
"Misi kami menuturkan pada orang-orang bahwa poligami dicontohkan beberapa rasul serta beberapa teman dekat. Tetapi, sekarang ini jadi salah persepsi. Bakal kami selenggarakan aktivitas di tiap-tiap kota, berbentuk seminar serta pengajian. Kami akan mulai aktif bikin brosur serta buku," kata pria beristri 4 ini, Senin (20/4/2015).
Pembentukan instansi informal ini, lanjut Diki, sekalian menekan pemerintah supaya mempermudah sistem poligami. Menurut dia, sampai kini pemerintah, dalam soal ini pengadilan agama, berkesan menyulitkan izin poligami walau istri pertama mengizinkan.
Efeknya, pelaku poligami pilih nikah siri dengan istri mudanya. Hal semacam itu menyebabkan pada tak tuturnya status anak hasil perkawinan siri di mata negara. Anak mereka tak dapat mempunyai akta kelahiran karena orang tuanya tidak mempunyai akta nikah.
"Kami mau poligami diizinkan sepanjang istri pertama mengizinkan. Janganlah poligami diizinkan cuma saat seakan-akan berlangsung musibah. Kami bakal bikin advokasi agar pelaku poligami mempunyai akta nikah serta akta untuk anak mereka," ungkap pembina yayasan muallaf Tangerang ini.
Poligami masih tetap dikira tabu oleh orang-orang. Terlebih kaum wanita terasa jadi korban praktek poligami. Ditengah pro-kontra yang berkembang, seputar 70 keluarga poligami dari beragam daerah di Indonesia malah mengadakan kongres di Villa Aizia, Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Mojokerto, Minggu-Senin (19-20/4).
Penggagas PSG Diki Candra menyampaikan, hasil kongres tempo hari melahirkan 23 pengurus organisasi. Kiai Jafar Shodiq dipilih juga sebagai ketum PSG. Sedang dianya menempati posisi bendahara. Walau belum mempunyai tubuh hukum, menurut dia PSG juga sebagai wadah gerakan beberapa ratus anggotanya yang menyebar di 27 daerah di Indonesia.
"Misi kami menuturkan pada orang-orang bahwa poligami dicontohkan beberapa rasul serta beberapa teman dekat. Tetapi, sekarang ini jadi salah persepsi. Bakal kami selenggarakan aktivitas di tiap-tiap kota, berbentuk seminar serta pengajian. Kami akan mulai aktif bikin brosur serta buku," kata pria beristri 4 ini, Senin (20/4/2015).
Pembentukan instansi informal ini, lanjut Diki, sekalian menekan pemerintah supaya mempermudah sistem poligami. Menurut dia, sampai kini pemerintah, dalam soal ini pengadilan agama, berkesan menyulitkan izin poligami walau istri pertama mengizinkan.
Efeknya, pelaku poligami pilih nikah siri dengan istri mudanya. Hal semacam itu menyebabkan pada tak tuturnya status anak hasil perkawinan siri di mata negara. Anak mereka tak dapat mempunyai akta kelahiran karena orang tuanya tidak mempunyai akta nikah.
"Kami mau poligami diizinkan sepanjang istri pertama mengizinkan. Janganlah poligami diizinkan cuma saat seakan-akan berlangsung musibah. Kami bakal bikin advokasi agar pelaku poligami mempunyai akta nikah serta akta untuk anak mereka," ungkap pembina yayasan muallaf Tangerang ini.
Poligami masih tetap dikira tabu oleh orang-orang. Terlebih kaum wanita terasa jadi korban praktek poligami. Ditengah pro-kontra yang berkembang, seputar 70 keluarga poligami dari beragam daerah di Indonesia malah mengadakan kongres di Villa Aizia, Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Mojokerto, Minggu-Senin (19-20/4).
Post A Comment:
0 comments: