Jatimevent.com - Beberapa aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Gresik menggalang tanda tangan untuk menampik berdirinya toko moderen di Gresik, Kamis (25/6/2015). Mereka menilainya, minimarket atau toko moderen bakal membunuh toko perancangan serta pasar tradisional.
Beberapa puluh mahasiswa dari beragam Perguruan Tinggi (PT) swasta ini membeber spanduk putih untuk meminta masyarakat umum membubuhkan tanda tangan juga sebagai bentuk penolakan pada toko moderen di Gresik.
“Aksi PMII ini untuk menggalang massa berbarengan masyarakat untuk menampik toko moderen di Gresik,” kata Devi Laraswati, aktvisi PMII Gresik.
Sesuai sama data di Unit Polisi Pamong Praja (Satpol PP), telah ada 151 unit toko moderen beragam nama, seperti Alfamidi, Alfamart serta Indomart.
Beberapa toko itu menyebar di 16 kecamatan di Gresik, sedang di dua kecamatan di Pulau Bawean tak ada toko moderen.
Itu bermakna rata-rata ada 9 hingga 10 toko moderen di setiap kecamatan lokasi Gresik. Bila di setiap kecamatan ada 20 desa, sekurang-kurangnya tiap-tiap dua desa sudah ada toko moderen.
“Apa pedagang pracangan atau kelontong bakal dimusnahkan dengan cara berlahan-lahan oleh Pemerintah? Tak ada perlindungan dari pemerintah yang memiliki kebijakan serta pengawasan. Kemana pemimpin serta wakil rakyat bekerja? Sekitar Alun-alun Gresik saja ada 4 toko moderen, walau sebenarnya dekat rumah dinas Bupati, Kantor DPRD serta rumah dinas Wakil Bupati,” kata Budi Arianto, koordinator unjuk rasa.
Tindakan mahasiswa yang berjalan damai ini terus dikawal ketat aparat polisi. Meskipun cuma sebagian jam, tindakan itu bikin perhatian orang-orang luas yang melintas di Jl Kapten Dulasem, dekat Perempatan Sentolang, Kecamatan Kebomas.
PMII Gresik juga menuntut pemerintah tingkatkan kwalitas product lokal serta UMKM, memerikan ruangan product lokal untuk pasarkan barang dagangan, membuat perlindungan rakyat dari monopoli kapital serta mengevaluasi kemampuan Badan Penanaman Modal serta Perizinan (BPMP) serta Dinas Koperasi, Perdagangan serta UMKM dan Satpol PP.
Beberapa puluh mahasiswa dari beragam Perguruan Tinggi (PT) swasta ini membeber spanduk putih untuk meminta masyarakat umum membubuhkan tanda tangan juga sebagai bentuk penolakan pada toko moderen di Gresik.
“Aksi PMII ini untuk menggalang massa berbarengan masyarakat untuk menampik toko moderen di Gresik,” kata Devi Laraswati, aktvisi PMII Gresik.
Sesuai sama data di Unit Polisi Pamong Praja (Satpol PP), telah ada 151 unit toko moderen beragam nama, seperti Alfamidi, Alfamart serta Indomart.
Beberapa toko itu menyebar di 16 kecamatan di Gresik, sedang di dua kecamatan di Pulau Bawean tak ada toko moderen.
Itu bermakna rata-rata ada 9 hingga 10 toko moderen di setiap kecamatan lokasi Gresik. Bila di setiap kecamatan ada 20 desa, sekurang-kurangnya tiap-tiap dua desa sudah ada toko moderen.
“Apa pedagang pracangan atau kelontong bakal dimusnahkan dengan cara berlahan-lahan oleh Pemerintah? Tak ada perlindungan dari pemerintah yang memiliki kebijakan serta pengawasan. Kemana pemimpin serta wakil rakyat bekerja? Sekitar Alun-alun Gresik saja ada 4 toko moderen, walau sebenarnya dekat rumah dinas Bupati, Kantor DPRD serta rumah dinas Wakil Bupati,” kata Budi Arianto, koordinator unjuk rasa.
Tindakan mahasiswa yang berjalan damai ini terus dikawal ketat aparat polisi. Meskipun cuma sebagian jam, tindakan itu bikin perhatian orang-orang luas yang melintas di Jl Kapten Dulasem, dekat Perempatan Sentolang, Kecamatan Kebomas.
PMII Gresik juga menuntut pemerintah tingkatkan kwalitas product lokal serta UMKM, memerikan ruangan product lokal untuk pasarkan barang dagangan, membuat perlindungan rakyat dari monopoli kapital serta mengevaluasi kemampuan Badan Penanaman Modal serta Perizinan (BPMP) serta Dinas Koperasi, Perdagangan serta UMKM dan Satpol PP.
Sumber : Surya
Post A Comment:
0 comments: